“Aku dibesarkan dalam keluarga Kristian taat. Ayahku sentiasa memberi petua Kristian semasa membesarkanku. Dia berusaha keras mengajariku nilai-nilai Kristian,” kata Halimah David tentang latar belakang keluarganya.
"Aku banyak membaca Bibel semasa masih duduk di sekolah dasar dan mengamati sekilas ada hal yang bertentangan di sana (contoh: masalah babi). Memasuki usia 12 tahun, aku makin mengerti dan Kristian makin jauh dari hidup. Tapi aku sendiri tidak tahu apa yang mesti kulakukan. Aku terus mencari dan mencari, siapa tuhanku yang sebenarnya. Berdoa agar ditunjukkan pintu kebenaran itu. Jujur, aku benar-benar bekerja keras untuk hal ini," kata dia.
Halimah menyimpan segudang pertanyaan dalam kepalanya: “Kenapa ada manusia di dunia?” atau “Untuk tujuan apa manusia diturunkan?”
Halimah berfikir dengan sistem yang begitu komplek, contohnya bagaimana manusia diciptakan, lalu bumi diciptakan untuk manusia, tentu ada Maha Pencipta di balik semua itu. Seperti benda, pasti ada perekanya. Atau, tatkala seseorang jalan-jalan di pantai lalu meninggalkan jejaknya di pasir. Maka pasti yang melihat akan menduga ada orang yang baru melalui jalan itu sebelumnya.
"Memasuki usia ke-19, itulah masa-masa yang kritis dalam masa pencarianku. Aku banyak membuat perjalanan ke berbagai tempat untuk melihat aneka budaya setempat. Ini juga sebahagian dari proses pencarian tuhan. Kuamati ajaran Taoisme, Budha, Yahudi, Freemansory, Hindu, Animisme, serta banyak lainnya lagi. Tentu saja ajaran Kristiann juga jadi bahan pembanding.
Aku juga mempelajari Islam melalui literatur yang ada. Pada masa itu hanya satu dua halaman saja yang kupelajari. Sekilas saja, aku tidak begitu tertarik mempelajarinya lebih jauh. Kuamati Islam menyembah Allah, lalu Muhammad Nabi mereka. Itu saja. Lalu mereka solat lima kali sehari. Apa, lima kali sehari!?," kata dia lagi.
"Ketika itu aku mulai berfikir, ah masa sampai sebegitu banyaknya. Bila pergi kerja, kuliah kalau sebegitu banyak musti ibadah setiap hari. Begitu hatiku membatin. Waktu berlalu, aku kembali ke Amerika lagi. Usiaku sudah 21 tahun. Aku masih belum puas dengan semua agama yang telah kupelajari," kata dia hairan.
Waktu terus berjalan hingga dia memutuskan untuk masuk universiti dan diterima di jurusan kedoktoran di Universiti Colorado. Menjadi doktor memang impiannya sejak lama. "Konsekuensinya, aku harus pindah dari Michigan ke Colorado. Tak apa-apa demi masa depan," ujarnya.
Semasa harinya, Halimah menggunakan bus umum Greyhound dari Michigan ke Colorado. Perjalanan sedikit panjang dan membosankan. Syukurnya sepanjang perjalanan itu dia punya teman bersembang dengan seorang pemuda yang dikenalinya dalam bus. Anak muda yang duduk persis di belakangnya. Ternyata dia juga hendak ke Colorado untuk meneruskan kuliah.
“Namanya Ibrahim, asal dari Afrika. Dia ke Colorado untuk kuliah di jurusan teknik. Kamipun mulai akrab dan bersembang ke sana kemari untuk menghilangkan rasa jenuh di perjalanan,” kata Halimah.
Yang menjadikan Halimah tertarik adalah tatkala Ibrahim menyebut dirinya seorang muslim. “Aku tanya apa itu Islam dan dia cerita orang Islam percaya hanya satu Tuhan iaitu Allah dan Muhammad utusan-Nya. Dia cerita juga bahawa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir dan tak ada diturunkan Nabi lagi setelahnya. Aku makin tertarik,” imbuh Halimah.
“Aku simpulkan bahawa ajaran Yahudi berada di belakang dua Nabi, yakni Nabi Isa dan Muhammad. Dan, ajaran Kristian yang dibawa Nabi Isa berada di belakang Islam yang dibawa Nabi Muhammad,” katanya.
Halimah seakan merasa melihat secercah kebenaran dalam Islam. Ibrahim pun menghadiahkannya sebuah buku kecil berisi kumpulan zikir dan doa yang merupakan senjata orang mukmin. Halimah sempat membaca salah satu bahagian dari buku itu yang berbunyi:
"Tak ada satu pun yang patut disembah kecuali Allah. Allah satu dan tak bersekutu. Dia Maha Pemilik yang memiliki segala-galanya dan dia Maha Terpuji. Dialah yang Maha Berkuasa atas segala-galanya."
Berawal dari situlah Aminah melihat Islam adalah agama yang sedikit lebih masuk akal dan mudah difahami dari sekian agama yang pernah dipelajarinya. Halimah lalu membaca lagi isi buku pemberian Ibrahim itu untuk mendapat petunjuk siapa itu Allah. Dia temui kalimat lain berbunyi:
"Dengan nama Allah, tak ada sesuatu pun boleh memberikan manfaat dan mudharat baik di dunia mahu pun di akhirat, kecuali dengan seizin Allah. Dia Maha Mendengar dan lagi Maha Mengetahui."
"Ya Allah, segala keberkahan telah banyak kami terima dari Engkau yang Maha Pencipta. Engkau tidak bersekutu. Segala puji hanya bagi-Mu. Terima kasih ya Allah."
“Seketika itu lalu aku menoleh pada Ibrahim dan menanyakannya bagaimana caranya menjadi orang Islam. Dia menyebut aku mesti bersyahadah. Dia beritahu setiap yang mahu masuk Islam mesti mengucap dua kalimah: La ilaha illa llaah Muhammadur Rasuulullah. Hanya itu? Aku lalu dituntunnya untuk mengucap kalimat Syahadah itu. Aku pun bersyahadah pada masa itu juga. Ya di dalam bus Greyhound, antara Michigan dan Colorado, aku telah jadi seorang muslimah!," kenangnya.
"Subhanallah! Setelah berbincang-bincang hanya sekitar lima belas minit dengan Ibrahim aku menjadi seorang muslim. Inilah cerita tujuh tahun yang lalu,” ujar Halimah memuji Allah. Dia mengaku sangat terkesan dengan kisah keislamannya akhir tahun 2001 silam itu.
Seterusnya, dengan serta merta dia membatalkan perjalanannya ke Colorado. “Aku tidak meneruskan ijazah kedoktoran. Aku putuskan untuk menghabiskan waktu untuk mempelajari agama yang baru kukenal itu,” kata dia lagi.
Lalu Halimah pun pindah ke Utah. Di sana dia menemui banyak muslim dan mereka sangat gembira serta menyambut Halimah dengan meriah dan mengenalkannya pada komuniti muslim setempat. Disanalah dia menghabiskan waktu untuk mempelajari Islam secara serius dan bersungguh-sungguh.
"Begitulah, setelah mengikuti berbagai kajian Islam, ada beberapa hal yang menurutku sangat penting, yakni: Mesti ada Sang Pencipta, kerana di dalam kehidupan nyata ada benda-benda ciptaan. Bukti bahawa Tuhan itu ada ditunjukkan melalui kumpulan orang-orang yang berkumpul dan beribadah kerana merasa ada "keperluan" yang bersifat spiritual. Ini terlihat dari adanya aneka ragam agama dan pemeluknya," ungkapnya.
"Begitupun, kita mesti mengikuti agama yang meyakini hanya satu tuhan. Kerana, jika ada lebih dari satu tuhan maka otomatik akan sangat komplek dan akan terjadi pertentangan antara sesama tuhan. Logikanya begitu. Konsekuensinya, semua manusia bertanggungjawab untuk percaya dan yakin kepada Tuhan yang terpatri di dalam setiap diri dan jiwa mereka," pungkas dia.
"Kerana itulah dasar dari dilahirkan manusia ini, untuk mengabdi kepada Sang Penciptanya. Seperti termaktub di Surah Azzariyat ayat 56: "Aku menciptakan jin dan manusia hanya untuk mengabdi kepada-Ku.", katanya.
Jadi saya rasa Islam hadir untuk menggantikan ajaran Kristian yang telah berbelok arah dengan ajaran Trinitasnya, Satu dalam tiga, Itu sangat tidak rasional.
Halimah juga mendapat hal menarik lain tentang Tuhan di dalam Islam, bahawa jika seseorang manusia tidak mahu beribadah kepada-Nya, maka kekayaan-Nya tidak akan berkurang.
Sebaliknya jika semua manusia beribadah kepada-Nya, maka kekayaan-Nya juga tidak bertambah gara-garanya hamba-Nya menyembah Dia. Allah itu Maha Sempurna. Dia tak perlu kepada benda-benda, tapi semua benda-benda ciptaan-Nya perlu, itu sebabnya semua umat manusia perlu untuk beribadah kepada-Nya.
"Inilah yang makin memantapkan hati saya untuk terus berada dalam agama yang sangat saya cintai ini. Islam sudah sangat sempurna," tutupnya.
Halimah kini telah berkahwin dan memilih tinggal di rumah untuk mendidik anak-anaknya. Dia juga menulis buku-buku Islam khusus untuk anak-anak. Tidak hanya itu waktunya juga diisi dengan mengendalikan tiga website Islam. Salah satunya khusus membahas etika bisnis di dalam Islam. Hidayatul Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar